Sekitar pukul 16.00 sore (31/1), tepatnya setelah memfasilitasi Bincang Buku di Perpustakaan Umum Kabupaten Enrekang, saya menerima pesan Whatsapp dari Bu Rachmawaty, Kepala Desa (kades) Batu Mila. Pesan
Sabtu pagi, saat jalanan masih cukup basah, usai hujan pada malamnya, saya menyambangi Bukit Hijau Malino di Desa Batu Mila, Kecamatan Maiwa. Jarak dari rumah berkisar 8 km.
Kota yang ditertibkan oleh satu lampu merah, satu Indomaret kecil, dan tanpa alun-alun, adalah bagian dari joke atau lelucon lawas tentang Enrekang yang pernah bikin saya ngakak. Sekali,
Jumat pagi, saya dan Irsan bersiap-siap menuju Bone-Bone, salah satu desa terluar di Kabupaten Enrekang. Kami naik motor dari pusat kota Enrekang. Perjalanan dimulai sekira pukul 09.20 pagi.
Kenapa sih kamu harus risih bila kotamu itu bukan kota yang ada di benak mereka. Apakah perlu saya buat kota di pikiran Teman Kita itu? Seperti kota impian
Seorang aktivis penolak kapitalisme diam-diam belanja di indomaret kotaku. Namanya aku tak tahu. Saya hanya tahu dari wajahnya yang memang sama dengan yang kulihat di facebook. Tapi kok
Lewaja, nama yang cukup familiar, begitu orang luar seperti saya mendengarnya, pertama kali yang muncul dibenakku adalah sebuah permandian alam. Hari ini masih seperti biasanya, tenggelam dengan semua
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana susahnya tidak punya rumah. Atau bagaimana rindunya kamu kembali ke rumah setelah bekerja keras pada siang hari. Kira-kira, apakah seekor babi bernama Pig akan
Sejak semalam kami telah bersiap-siap untuk mengisi hari libur dengan sebuah petualangan unik. Anggap saja destinasi wisata tradisional lokal. Sebuah perjalanan yang melelahkan menyusuri hutan lebat dan sungai
Saya harus bergegas tidur malam ini Pagi buta, harus kuberi makan burung-burung di sangkar belakang rumah Saya takut kesiangan, tetanggaku akan memberinya makan duluan Tentu ia tahu tuannya