Menerima Messi Sebagai G.O.A.T., Menepis Tuduhan Pesta Bola Dunia Settingan

Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi, Lionel Andres Messi adalah yang terbaik sepanjang masa di sejarah dunia, dan sejarah sepakbola, he is the Greatest of All Time. Segala pencapaian pribadi telah direngkuh, setiap trofi di semua lini sudah dirasa. Apa yang musti diperdebatkan lagi ? Kalau memang manusia yang satu ini adalah yang terbaik sepanjang masa.

“4 tahun lagi, usia saya tidak muda lagi, 4 tahun lagi mungkin performa saya akan terhalang usia.”

Seperti itu kira-kira Messi berkata kepada seluruh awak media sebelum pertandingan final melawan Prancis ketika ditanyakan kemungkinan bermain di Pesta Bola Dunia 2026. “Malam nanti akan kulakukan yang terbaik dalam hidupku.” Tambah Messi.

Usianya berjalan 35 tahun, usia senja bagi insan pesepakbola. Usia yang tak lagi muda tidak itu memudarkan ambisinya untuk memenangkan Piala Dunia bagi tanah kelahirannya, Argentina. Piala yang sudah lama dirindukan pulang ke kampung, Piala yang menjadi beban Messi sepanjang hidupnya.

Tanggal 19 Desember 2022, hari di mana Messi berhasil membawa Argentina menjuarai “Pesta Bola Dunia” setelah menunggu berpuluh tahun lamanya.

Perdebatan siapa yang paling Great of All Time pastinya sudah berakhir. Dengan juaranya Argentina di “Hajatan Bola Dunia”, dengan itu pula Messi sudah selayaknya dinisbatkan sebagai ‘Dewa’ di sejarah sepakbola. Messi telah membawa timnya memenangkan segalanya, kejuaraan domestik hingga dunia, tingkat klub hingga negara, semua disapu-bersih, tak ada sisa.

Kini, lengkap sudah torehan piala Messi, dan 2021 hingga 2022 adalah tahun manisnya. Berhasil menjadi kampiun di Copa America, menumbangkan jawara Eropa di Finalissima (Final antara juara Euro dan Conmebol), lalu menjuarai Pesta Bola Dunia di Qatar. Untuk level klub tidak usah diceritakan lagi, semua telah diraih, tim maupun individu, Messi yang menguasai.

“Kalian bermain lepaslah, jangan takut salah, tak akan ada yang memarahi kalian, karena jika kita kalah saya yang mendapat cemooh bukan kalian, maka bermain lepaslah,” seru Messi kepada seluruh rekannya.

Jadi, tak ada yang perlu diperdebatkan lagi bukan? Messi is the Greatest of All Time, and it’s true, really true!

Kemenangan Argentina di Pesta Bola Dunia, yang juga kemenangan Messi menuai banyak sorotan. Banyak betebaran isu bahwa Pesta Bola Dunia ini settingan belaka, Argentina adalah anak FIFA. Terlepas dari itu, mari kita menepis bersama-sama bahwa Pesta Bola Dunia ini adalah settingan ataupun penyelenggara condong memenangkan Messi, sebenarnya bukan penyelenggara yang condong ke Messi tapi semesta yang condong ke belio ini.

Jika ini adalah settingan maka saya ingin berpendapat bahwa ini adalah settingan Tuhan yang terindah untuk karir Messi. “He is my successor” kata Maradona setelah kemunculan Messi di jagad sepakbola.

Mari flashback di sebulan yang lalu, ketika pertandingan pertama melawan Arab, Teknologi super canggih VAR terbaru betul-betul mengerjai Messi dan kawan-kawan. Argentina sedikit saja melewati garis pertahanan, VAR yang mutakhir itu dengan sigap dicek oleh tim wasit. Perlakuan yang beda dengan tim lainnya. Pertandingan ini mungkin juga yang menyebabkan Lautaro Martinez kerasukan Gonzalo Higuain, menyiakan peluang emas di depan gawang.

Selanjutnya, Argentina kalah di laga awal dan menjadikan dua laga selanjutnya di fase grup menjadi partai hidup mati, tak boleh seri, apalagi kalah. Melawan Mexico, Bertemu Polandia, Messi cs musti kerja ekstra, tak ada rotasi pemain seperti tim besar lainnya.

Mari melangkah ke babak delapan besar di mana Belanda menjadi lawan Argentina. Wasit yang memimpin pertandingan pada saat itu adalah Mateu Lahoz, orang yang terang terangan mengungkapkan dirinya bahwa dia adalah seorang Madridista. Tak perlu membahas jauh kepemimpinannya di laga ini, karena bagaimanapun juga Messi tetap didukung oleh bukan hanya masyarakat dunia, namun semesta juga turut andil mendukung.

Bagaimana dengan Portugal melawan Maroko? Ketika Pepe memprotes pengadil pertandingan yang dipimpin oleh wasit asal Argentina yang notabenenya negaranya masih berlaga di Pesta Bola. Toh, kartu merah keluar dari saku wasit untuk Maroko, toh tambahan waktu babak kedua panjang juga, toh statistik penguasaan bola dan statistik lain Portugal unggul, hanya saja mereka tak bisa mencetak gol. Kenapa? Yaa, jawabannya Maroko memang tangguh, Semi-final melawan Prancis saja, mereka menguasai bola lebih banyak, menekan lebih banyak, hanya saja magisnya hilang, mereka tak mampu memanfaatkan peluang menjadi gol.

Kawan, belum lagi laga final Argentina melawan Prancis. Idealnya yang memimpin pertandingan adalah yang bukan dari kontingen benua yang bertanding. Final kemarin dipimpin oleh orang berkebangsaan Polandia. Menurut kacamata pribadi ini tidak ideal, sebab Perancis adalah negara perwakilan Eropa, sementara pengadil juga dari kontingen yang sama.

Lalu apalagi kawan? Handsball Kounde tak sah sementara handsball Montiel sah? Saya awam tentang peraturan handsball itu, tapi menurutku itu salah satu kontroversinya.

Kemudian, kata orang bahwa Argentina sengaja diberikan penalti. Ya kacamata pribadi saya, bahwa seluruh pengadil yang ada di Pesta Bola Dunia adalah wasit berlisensi, wasit berkelas, faham aturan luar kepalanya. Mereka tak mungkin ditunjuk jika tak berkompeten. Nah kalau wasit bilang “bagaimana kalau kau saja jadi wasit?” Kan bingung juga mau bagaimana.

Adalagi netizen bilang “Messi orang dalam FIFA”, saya enteng saja mau bilang ‘yaa seolah olah dia tak pakai orang dalam di kehidupannya’

Sudahlah, Messi adalah Dewa di sepakbola, dan karirnya sempurna!.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *