“Guru-guru yang sekarang mengajar anak kita di sekolah pun tidak mempunyai kegemaran membaca, sehingga tidak merasakan perlunya mengajarkan pelajaran membaca secara intensif murid-muridnya dan dengan demikian menganggap tidak
Baso sahabatku. Ia perantau ulung. Tujuh tahun lalu memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai sekretaris desa dan memilih ke Kalimantan bekerja sebagai buruh sawit, empat bulan sepuluh hari setelah resmi
Lewaja, nama yang cukup familiar, begitu orang luar seperti saya mendengarnya, pertama kali yang muncul dibenakku adalah sebuah permandian alam. Hari ini masih seperti biasanya, tenggelam dengan semua
Sejak semalam kami telah bersiap-siap untuk mengisi hari libur dengan sebuah petualangan unik. Anggap saja destinasi wisata tradisional lokal. Sebuah perjalanan yang melelahkan menyusuri hutan lebat dan sungai
Telah datang musim yang baru Mencabut janji-janji sampai ke akarnya Meninggalkan lubang besar atas nama kesejahteraan Kita telah lama ditipu mentah-mentah Oleh undangan pernikahan fiktif Niat makan sapi
Ia di dalam kamar. Pada dua sudut kamar itu ada speaker yang darinya terdengar lagu Fix You, Coldplay. Menusuk masuk ke dalam telinganya lalu menjelajahi otaknya yang akhir-akhir
β Kamu suka Nasi goreng?β Saya mengamati matanya yang bening. Ia terus menawarkan daftar makanan di papan kantin. Begitu tatapan kami bertumbukan, βTeh manis saja Pak.β Saya
Malam Itu menjadi pertanda bagi si Liar. Ia seakan memahami bahasa manusia yang terdengar melalui pengeras suara di masjid. Barangkali ia berpikir, mungkin inilah malam terakhir untuknya. Maka
Bel istirahat berbunyi, hampir setengah isi kelas telah berlalu, memenuhi ruang-ruang sudut sekolah yang menjadi favorit mereka. Kantin, lapangan, perpustakaan, atau hanya sekadar di koridor. Tetapi Lena, anak
Bersama dua orang lainnya, Dullah menyeruput Kopi yang tidak bergula. Sawit menyambut mereka dengan seduhan yang pahit. Dullah kaget dengan kopi yang baru saja diseruputnya. Rasa gembira yang